Handoko Kusalaviro

Tuesday, October 19, 2010

transformasi bisnis konvensional menjadi bisnis online (tugas management strategic)

Saat ini perkembangan bisnis online menjadi sesuatu yang tidak bisa dipungkiri merupakan sesuatu yang sangat cepat. Orang-orang berlomba untuk meraup keuntungan dan pendapatan yang lebih dengan memanfaatkan teknologi internet. Dengan melihat hal ini, secara tersirat dapat dikatakan internet memberikan nuansa baru dalam dunia bisnis. Terlepas dari unsur penipuan dan lainnya, internet memberikan manfaat yang nyata.
Bisnis online adalah suatu bisnis di mana dalam proses bisnis itu terjadi memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi atau bisa juga disebut E-Commerce.
Bisnis konvensional saat ini banyak yang beralih menjadi bisnis yang bertajuk online, namun muncul banyak sekali pertanyaan tentang hal itu mulai dari cara beralih, dampak atau keuntungan, kendala dan lain sebagainya.
Menurut saya, perbedaan mendasar antara bisnis online dengan bisnis konvensional terletak pada cara pertukaran produk atau jasa. Hal ini sesuai dengan definisi Electronic Commerce (E-Commerce) yaitu suatu konsep yang menjelaskan suatu pembelian, penjualan, pertukaran barang, jasa, informasi melalui jaringan internet. Kalakota dan Winston (1997) mendefinisikan E-commerce (EC) dari berbagai sudut pandang, seperti:
- Sudut pandang komunikasi, yaitu EC merupakan pengiriman barang, jasa, informasi melalui jaringan komputer
- Sudut pandang bisnis proses, yaitu EC adalah aplikasi bisnis yang dapat melakukan analisis bisnis dan alur kerja yang otomatis
- Sudut pandang servis, EC merupakan peralatan yang dapat memenuhi keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memotong biaya servis selama pengembangan kualitas barang dan peningkatan kecepatan layanan pengiriman
- Sudut pandang online, EC merupakan kemampuan membeli dan menjual produk melalui jaringan internet dan jaringan online lainnya
Secara umum tipe dari E-Commerce antara lain Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C), Customer to Business (C2B), Customer to customer (C2C). Menurut Onno W. Purbo (2000) Business to Business (B2B) juga dapat diartikan sebagai sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis sedangkan Business to Customer (B2C) merupakan transaksi ritel dengan pembeli individual (Munir Fuady, 2005) dan mekanisme toko online (electronic shoping mall) yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer (Onno W. Purbo, 2000). Consumer to Bussines (C2B) merupakan individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi dan individu yang mencari penjual dan melakukan transaksi (Munir Fuady, 2005)
Adapun keuntungan yang akan didapatkan dengan melakukan bisnis yang memanfaatkan jaringan internet (online) adalah
1. Kemampuan grafis internet mampu memperlihatkan produk apa adnya (natural) serta dapat membuat brosur berwarna dan menyebarkannya tanpa ongkos/biaya cetak
2. Lebih aman membuka toko online dibanding membuka toko biasa
3. Berjualan di dunia maya internet tidak mengenal hari libur, dan hari besar, semua transaksi bisa dilakukan kapan saja dimana saja
4. Tanpa batas-batas wilayah dan waktu, sehingga memberikan jangkauan pemasaran yang luas dan tak terbatas oleh waktu.
5. Revenue stream (arus pendapatan) yang baru yang mungkin sulit atau tidak dapat diperoleh melalui cara konvensional
6. Meningkatkan pangsa pasar
7. Menurunkan biaya operasi
8. Penghematan besar yang dimungkinkan melalui e-mail
Sedangkan keuntungan yang akan didapatkan oelh konsumen bisnis online adalah sebagai berikut
1. Memungkinkan transaksi jual beli secara langsung,
2. Disintermediation adalah proses meniadakan calon dan pedagang perantara sehingga memotong jalur distribusi yang merupakan faktor yang menjadikan harga suatu produk menjadi lebih tinggi
3. Menggunakan digital cash atau elektronik cash (e-cash).
4. Memberikan kesempatan konsumen yang berada di belahan dunia manapun untuk dapat menggunakan sebuah produk atau service yang dihasilkan dari belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi dan meraih informasi dari pihak pertama sepanjang tahun tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
5. Memberikan kesempatan konsumen untuk mendapatkan produk atau service terbaik dari berbagai pilihan yang ada karena konsumen mendapat kesempatan untuk memilih berbagai jenis produk atau service secara langsung.
(sumber: E-Commerce, Munawar Kholil, SH., M.Hum)
Disamping itu penyebaran informasi yang luas oleh internet menyebabkan pemanfaatan infrastruktur ini dapat dikategorikan sebagai infrastruktur yang cost effective. Melihat keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen seperti di atas, tentunya bisnis online menjadi sesuatu yang menjanjikan. Namun, pada kenyataannya banyak sekali hal-hal yang harus ada guna mendukung transformasi bisnis konvensional menjadi bisnis online. Perkembangan internet berdampak pada perubahan cara organisasi merancang, memproses, memproduksi, memasarkan, dan menyampaikan produk. Dengan Lingkup persaingan yang semakin luas juga menuntut integrasi dan koordinasi antara departemen sistem informasi, pemasaran, layanan pelanggan, dan departemendepartemen lainnya dalam organisasi
Dalam hal transformasi organisasi, E- commerce mengubah karakteristik pekerjaan, karir, dan kompensasi. E- commerce menuntut kompetensi, komitmen, kreativitas, dan fleksibilitas karyawan dalam beradaptasi dengan setiap perubahan lingkungan yang ramping; bercirikan pemberdayaan dan desentralisasi wewenang, beranggotakan knowledge based workers; mampu beradaptasi secara cepat dengan teknologi baru dan perubahan lingkungan (learning organisation); mampu dan berani bereksperimen dengan produk, jasa, maupun proses baru; dan mampu mengelola perubahan secara strategik. Sedangkan dalam hal redefinisi organisasi, e- commerce memunculkan model bisnis baru yang berbasis jasa online di marketspace. (sumber: Peluang dan Tantangan E-commerce, Warta Warga, 2010)
Hal-hal yang dapat menjadi pendukung sukses atau tidaknya transformasi bisnis konvensional menjadi bisnis online antara lain adalah dukungan dari seluruh jajaran dalam bisnis tersebut. Dukungan ini dimulai dari tingkat paling bawah hingga tingkat teratas dari organisasi bisnis tersebut, jika bisnis tersebut dikelola oleh pribadi (individu) atau keluarga maka dukungan dari pemilik bisnis diperlukan. Dengan adanya dukungan ini, maka perubahan yang mungkin terjadi selama masa transformasi bisnis dari konvensional ke online dapat dilakukan dengan baik dan sukses.

table perbandingan bisnis konvensional dengan bisnis online

Table perbandingan media lama (promosi di bisnis konvensional) dengan media baru (promosi di bisnis online)

Melihat perbedaan dalam bisnis konvensional dan bisnis online di atas maka tantangan yang mungkin muncul dan harus dihadapi jika ingin mengalihkan bisnis konvensional ke bisnis online adalah pelaku bisnis haruslah mengetahui secara jelas mengenai cara memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media dalam proses bisnis tersebut. Selain itu, permasalahan legalitas dalam bisnis online baik itu untuk B2B,B2C,C2C maupun C2B. Di Indonesia saat ini permasalahan legalitas dan perlindungan hukum terhadap bisnis online masih sebatas UU ITE saja, yang notabene belum mendapat perhatian secara khusus dan untuk mendukung legalitas hukum dalam bisnis online menggunakan dasar aspek transaksi perdagangan konvensional yaitu aspek perjanjian dalam perdagangan san legalitas perjanjian perdagangan (Wahid Nashihuddin,2008)

Selain itu, kreatifitas dalam mengemas bisnis online juga perlu mendapat sorotan yang tajam, hal ini dikarenakan bisnis online selain menjual produk atau service yang ditawarkan juga menawarkan sesuatu yang menarik dalam hal marketing. Marketing dalam bisnis online tentunya berbeda dengan marketing yang konvensional, pada bisnis online marketing yang menggunakan teknologi informasi (viral marketing) akan jauh lebih efektif. Penggunaan website baik itu jenis website 2.0 maupun website 3.0 (web yang sudah memberikan konsumen keterlibatan secar interaktif, contoh www.soursally.com) bisa jadi salah satu solusinya. Pengembangan teknologi yang sangat pesat juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan bisnis online. Pada dasarnya keberhasilan dari transformasi bisnis konvensional menjadi bisnis online terletak pada kemauan untuk berubah, jika tidak ada kemauan untuk menghadapi perubahan maka transformasi tersebut tidaklah berhasil.
Perubahan yang dimaksud seperti perubahan yang telah digambarkan pada tabel di atas hingga perubahan budaya kerja di bisnis online yang pastinya akan lebih dinamis dibanding bisnis online.
Selain mengubah cara bisnis, teknologi juga telah mengubah cara perusahaan mempublikasikan laporan keuangan mereka. Sampai saat ini sebagian besar perusahaan yang telah memanfaatkan internet akan menggunakan format HTML untuk mempublikasikan laporan keuangannya di internet. Format HTML ini harus didownload dan ditransfer dalam spreadsheet dan program aplikasi lainnya terlebih dahulu seandainya akan dilakukan manipulasi atau pengolahan data selanjutnya.
(sumber: Jhonsyah W dan Wesley D A)
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Boston Consulting Group, pengeluaran orang Indonesia untuk belanja di Internet masih tergolong rendah yaitu 0.01 cent per kapita pada tahun 1999. Walaupun demikian jumlah transaksi elektronik pada tahun yang sama mencapai US$ 2 juta. Diperkirakan pada tahun 2000 diperkirakan akan tumbuh 200% seiring dengan perbaikan infrastruktur telekomunikasi (Pinnarwan 2001).


Berdasarkan perkembangan intrenet yang sangat pesat seperti tebel di atas hingga tahun 2007,maka perluang untuk bersaing secara kompetitif dalam bisnis online semakin terbuka yang terntunya menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi selain design arsitektur e-business seperti profil pelanggan atau customer profile.(sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Adrianto Gani& Onno W. Purbo)

Yang dapat disimpulkan adalah pada dasarnya bisnis konvensional dapat ditransformasikan menjadi bisnis online jika pelaku bisnis sudah benar-benar memahami tantangan yang akan dihadapi dan juga cara menanggulanginya. Selain itu, dibutuhkan dukungan semua pihak. Di dalam bisnis online juga diperlukan adanya hubungan yang baik dengan industry bisnis tersebut, mulai dari supplier, customer, hingga stockholder. Intinya, kemauan dan kegigihan yang akan membuat transformasi bisnis konvensional mampu menjadi bisnis online (E-Commerce) secara sukses. Seperti contoh, penjualan buku yang notabene diketahui hanya bisa dilakukan secara konvensional namun saat ini sudah bisa online (Amazon.com bahkan di Indonesia sudah ada Gramedia Online) selain itu dengan membuat social media online sebagai wadah dalam memasarkan “ produk “ dalam bisnis online merup[akan salah satu cara yang tepat.



Bagan konsep E-marketing (dirangkum dari berbagai sumber)
Sumber :
- Nashihuddin,Wahid. 2008. Aspek Hukum dalam E-commerce(E-Commerce Di Indonesia Dan Perlindungan Terhadap Konsumen).
- Jhonsyah dan D A, Wesley.Pengaruh Negative E-Commerce dan Internet Terhadap Struktur Pengendalian Intern.
- Gani,Adrianto dan Purbo W.Onno. E-business, Apa dan Bagaimana Memulainya.
- Nugraha Dewanto, Tugu. Transformasi Centro Memasuki Online Marketing & Social Media. 2010
- Nugraha Dewanto, Tugu. Memindahkan Pengalaman Belanja Offline ke Online Via Social Commerce. 2010
- Dan berbagai sumber lainnya

No comments:

Post a Comment