Handoko Kusalaviro

Monday, November 15, 2010

kutipan biografi Jeck Welch

Jack Welch
John Francis Welch Jr. (Lahir 19 November 1935) adalah salah satu tokoh yang dikenal karena kepemimpinannya saat ia menjabat sebagai Pemimipin dan Ketua Eksekutif dari General Electric (GE) pada periode 1981-2001. Reputasinya diraih berkat kecerdasan bisnis yang tinggi dan strategi kepemimpinannya di GE. Ia tetap menjadi tokoh yang disegani di kalangan bisnis mengingat strategi manajemennya yang inovatif dan gaya kepemimpinannya.
Jack Welch lahir di Peabody, daerah Massachusetts, Amerika Serikat pada 19 November 1935. Pada masa kecil Welch sedikit gagap. Ayahnya John Welch Sr. bekerja sebagai seorang kondektur di Boston & Maine Railroad dan ibunya Grace Welch, seorang ibu rumah tangga. Welch bersekolah di Salem High School dan kemudian ke Universitas Massachusetts Amherst, dan lulus di tahun 1957 dengan gelar sarjana muda di bidang teknik kimia.Ketika di universitas ia merupakan anggota asrama Phi Sigma Kappa. Welch kemudian melanjutkan gelar master dan doktoralnya di University of Illinois at Urbana-Champaign in Ia menikah tiga kali dan memiliki empat orang anak dari pernikahan pertamanya dengan Carolyn, yang dinikahinya selama 28 tahun. Istri keduanya Jane Beasley adalah mantan pengacara merjer dan akuisisi yang dinikahi dari tahun 1989 hingga 2003. Istri ketiga Jack Welch adalah Suzy Wetlaufer, seorang mantan editor Harvard Business Review, yang ikut
Welch bergabung dengan General Electric di tahun 1960, saat ia bekerja sebagai insinyur muda di Pittsfield, Massachusetts. Ketika ia tidak puas dengan kenaikan gaji yang diterimanya dan dengan birokrasi yang ada dalam GE. Ia merencanakan untuk meninggalkan perusahaan itu untuk bekerja pada International Minerals & Chemicals di Skokie, Illinois. Namun, Reuben Gutoff, seorang eksekutif muda dua tingkat di atasnya, memutuskan bahwa Welch terlalu berharga untuk dilepas. Ia mengajak Welch dan Istrinya dalam jamuan makan malam di restoran Yellow Aster dan menghabiskan berjam-jam untuk meyakinkan Welch untuk bertahan. Gutoff berjanji untuk mengubah birokrasi yang ada dan menciptakan nuansa perusahaan kecil di GE. Welch diangkat menjadi wakil presiden direktur di GE pada 1972. Karirnya menanjak menjadi wakil presiden senior di tahun 1977 dan wakil ketua dewan direksi di tahun 1979. Di tahun 1981, Welch menjadi CEO termuda GE, menggantikan Reginal H. Jones. Di tahun 1982, Welch telah membongkar sebagian besar manajemen yang dibangun oleh Jones.
Selama era 80an, Welch bekerja merampingkan GE dan membuatnya menjadi perusahaan yang lebih kompetitif. Ia juga mendorong para manajer dari bisnis yang dikelola untuk menjadi lebih produktif dengan menghilangkan ketidakefisienan dan memangkas persediaan, serta menanggalkan berbagai birokrasi yang hampir membuatnya meninggalkan GE di masa lalu. Ia juga sempat di juluki “Neutron Jack” (seperti bom neutron) karena menghilangkan karyawan dan meninggalkan gedungnya kosong. Dalam bukunya "Jack:Straight From The Gut" (Jack: Pendirian dan Keberanian), Welch mengatakan bahwa GE sebelumnya memiliki 411 ribu karyawan di akhir 1980, dan menjadi 299 ribu di akhir 1985. Sebanyak 112 ribu karyawan yang dilepas, 37 ribu diantaranya adalah karena bisnis yang dijual, dan 81 ribu dikurangi selama berjalannya usaha. Sebaliknya, GE telah meningkatkan nilai pasarnya secara pesat. Ia banyak menutup pabrik, mengurangi biaya gaji dan memotong unit bisnis yang lamban berjalan. Filosofi bisnisnya adalah bahwa setiap bisnis GE harus berada di posisi satu atau dua di tiap industrinya, atau akan ditinggalkan. Walaupun pada awalnya ia banyak ditentang karena kebijakannya, namun pada akhirnya ia mendapatkan rasa hormat. Strategi Welch ini akhirnya diadopsi oleh banyak Pimpinan Eksekutif lainnya. Setiap tahun, Welch akan memberhentikan 10% manajer terbawah. Ia terkenal akan keterusterangannya di rapat-rapat eksekutif. Ia benar-benar mendorong para manajernya untuk maju, tetapi ia juga memberikan imbalan bonus dan kepemilikan saham pada 20% manajer teratasnya.Program kepemilikan saham di GE juga dikembangkan dari hanya kepada eksekutif puncak hingga hampir dua pertiga karyawan. Welch juga dikenal karena menghancurkan 9 lapis manajemen dan menanamkan informalitas dalam perusahaan.
Di tahun 1986, GE mengakuisisi NBC, yang berlokasi di Rockefeller Center; Welch kemudian menempati kantor di gedung GE di Rockefeller Plaza. Selama 1990an, Welch membantu memodernisasi GE dengan berpindah dari manufaktur menjadi jasa keuangan lewat banyak akuisisi. Welch mengadopsi program kualitas Six Sigma dari Motorola di akhir 1995. Ia membawa perusahaan mencapai pendapatan yang besar. Di tahun 1980 sebelum Welch menjadi CEO, GE mencatat pendapatan sekitar 26, 8 milyar dollar AS, di tahun 2000, satu tahun sebelum ia mundur, pendapatan perusahaan meningkat menjadi 130 milyar dollar. Ketika Jack Welch meninggalkan GE, nilai pasar GE telah melesat dari 14 milyar dollar menjadi lebih dari 410 milyar dollar di akhir 2004, membuatnya menjadi perusahaan paling berharga dan paling besar di dunia.Pada saat pensiun, Welch mendapatkan gaji 4 juta dollar per tahun, yang diikuti dengan nilai pensiun sebesar 8 juta dollar setiap tahun. Di tahun 1999 ia dinamakan sebagai “Manajer Abad ini” oleh majalah Fortune. Welch mengumumkan berita suksesinya kepada Jeff Immelt dengan cara yang sama dengan pendahulunya Reg Jones. Ia menuliskan kisah ini dalam bukunya "Jack: Straight from the Gut" (Jack: Pendirian dan Keberanian). Proses suksesi ini berjalan panjang dimana terdapat 3 orang kandidat pengganti yaitu James McNerney, Robert Nardelli, dan Jeffrey Immelt, yang akhirnya menjadi penggantinya. Nardelli kemudian menjadi CEO Home Depot sampai tahun 2007, sedangkan McNerney menjadi CEO 3M sebelum pindah menjadi CEO di Boeing.
DI dunia bisnis, nama Jack Welch dikenal sebagai salah satu Chief Executive Officer(CEO) legendaris. Di bawah tampuk kepemimpinannya, mantan CEO General Electric itu menggeser fokus perusahaan tersebut sehingga meledak menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.
Selama lebih dari 20 tahun mengelola perusahaan, sebagai CEO dan kemudian sebagai pimpinan General Electric (GE). Prestasi Welch yang paling penting adalah meningkatkan nilai pasar perusahaan dari sekitar US$12 juta ketika diambil alih olehnya, menjadi US$505 juta ketika ia pensiun.
Hal itu sekaligus mengukuhkan GE sebagai perusahaan terbesar kedua di dunia dengan kapitalisasi pasar yang hanya dilampaui oleh Microsoft. Maka, tidak mengherankan jika majalah Fortune menobatkannya sebagai ''Manager of the Century'' pada 1999.

Welch terkenal dengan gaya manajemennya yang unik, efektif, dan kadang brutal. Berbagai strategi akuisisi menguntungkan yang diambil di bawah kepemimpinannya, membantu GE mendaki puncak bisnis dunia.
Akan tetapi, kisah kesuksesan tersebut tentu tidak didapatkan semudah membalikkan telapak tangan. Berikut ini adalah sejumlah filosofi manajemen dari Jack Welch, yang dapat diaplikasikan dalam membangun bisnis apa pun berskala apa pun, seperti dikutip situs sfgate.com:


1. Jangan takut pada perubahan.
Perubahan adalah hal yang baik. Jadi, jangan takut menghadapinya. Welch bersikeras agar semua manajernya, baik di level atas mau pun bawah, berani ''merangkul'' perubahan mulai dari kondisi pasar, lingkungan bisnis, kebiasaan konsumsi konsumen, kemajuan teknologi, produk baru, serta para kompetitor yang terus begerak.
2. Jadilah pemimpin, tapi jangan terlalu mengatur.
Pada suatu waktu, kebanyakan manajer senior memantau, mengawasi, dan mendiktekan perintah untuk bawahan mereka sekaligus. Terisolasi dari bawahan dan karyawannya, para manajer puncak ini gagal memberikan inspirasi dan tidak membiarkan anak buahnya mengambil inisiatif jika tidak menerima perintah dari atas. Welch membenci pendekatan ini. Dia ingin agar orang-orang di posisi atas memimpin, bukan mengatur-atur. Manajer yang sukses, menurut Welch, hanya dapat memahami proses kerja secara keseluruhan jika mereka mengintegrasikan tugas-tugasnya untuk memahami berbagai aspek bisnis.
3. Rekrut manajer ideal.
Manajer ideal menurut Welch, adalah mereka yang memiliki visi, mempunyai energi tak terbatas, dan memiliki kemampuan memancarkan antusiasme dan menyalakan api semangat para karyawan lain. Selain keterampilan tersebut, manajer terbaik juga dikarunia kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memperbaiki sebuah visi dan menjalankannya dengan cara yang praktis.
4. Jangan abaikan fakta mengenai bisnis dan pasar.
Ada dua hal yang dapat Anda lakukan mengenai fakta-fakta tersebut: mengambil keuntungan darinya, atau melindungi diri dari efek negatifnya. Para CEO dan manajer yang dengan sengaja mengabaikan fakta-fakta bisnis, lingkungan bisnis, pasar, dan kondisi ekonomi, biasanya menjadi penyebab kegagalan menurut Welch.
5. Fokus, konsisten, mendetail.
Fokus, konsistensi, dan menindak lanjuti setiap detail barangkali menjadi mantra Jack Welch sehari-hari. Memfokuskan diri pada perubahan jika diperlukan, membuka diri terhada ide-ide baru, memberikan layanan pelanggan, kualitas, kesederhanaan, pemberdayaan manajer dan karyawan adalah keunggulan dari gaya kepemimpinannya

Tuesday, November 9, 2010

susah mana?

Sewaktu membaca artikel di salah satu surat kabar, terdapat sebuah judul tentang CEO terbaik Indonesia tahun ini.

Pada dasarnya kualitas terbaik yang dimiliki oleh seorang CEO tidak luput dan tidak dapat dipisahkan dari kepribadian secara personal sosok CEO itu sendiri. Hal ini, bisa saja didasari bahwa dalam berorganisasi siapapun orangnya (entah CEO bahkan OB sekalipun) pasti memiliki keperibadian yang berpengaruh terhadap kinerjanya masing-masing.

Saya jadi teringat sebuah kalimat yang pernah teman saya utarakan dan menjadi sebuah pernyataan yang selalu saya utarakan jika sedang membahas mengenai organisasi.
"Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menciptakan pemimpin-pemimpin terbaik lainnya."

menurut saya hal tersebut adalah benar dan seperti yang diutarakan oleh salah satu CEO terbaik Indonesia
"Saya ingin dikenang sebagai CEO yang dapat menciptakan orang-orang yang bangga pada profesinya, yang mengutamakan kejujuran, loyal, dan kuat di bidangnya, dan berstandar internasional."-Agung Adiprasetyo,CEO Kompas Gramedia Group-peraih CEO terbaik ke dua-

melihat hal itu saya menjadi yakin bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan terletak pada kepandaian intelektual semata melainkan pada bagaimana ia mampu memaksimalkan seua sumber daya yang ada di dalam suatu organisasi yang ia pimpin dan tentunya kemampuan bagaimana membuat semua "partner" organisasi tersebut memiliki satu visi unutk berjuang mencapai satu tujuan.


menurut saya juga tanggung jawab seorang pemimpin bukan pada pencapaian target sebuah organisasi tapi pada sampai sejauh mana pendayagunaan resource yang ada.
Hal ini dapat saya katakan seperti ini karena saya melihat bahwa banyak pemimpin-pemimpin di dunia ini yang hanya melihat pencapaian target adalah sebuah prestasi namun pada masa kepemimpinannya tidak ada perubahan yang bisa "ditularkan" ke generasi berikutnya.

sebuah negara yang seharusnya memiliki satu budaya kepemimpinan yang mampu bertahan lama dan berlangsung dari generasi ke generasi sebuah bangsa nampaknya merupakan sebuah hal yang bisa dibilang mustahil. setiap pemimpin dikarenakan memiliki kepentingan masing-masing maka selalu saja memiliki perbedaan budaya dalam masa jabatannya.
Indonesia sudah dipimpin oleh sekian banyak presiden namun tidak ada satu budaya yang diturunkan dari pemimpin pertama hingga saat ini (tentunya budaya kepemimpinan yang baik dan berkualitas yang sesuai dengan dasar negara kita Pancasila, bukan budaya kepemimpinan yang berdasarkan panjangnya birokrasi).

Namun, saat ini muncul pertanyaan besar yang selalu butuh jawaban..

lebih mudah mana menilai CEO terbaik atau presiden terbaik di Indonesia